Tuesday, May 22, 2007

Definisi Karamah

Di antara keyakinan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah meyakini adanya Karamah dan ia datang dari sisi Allah Ta’ala. Tahukah, apa yang dimaksudkan dengan Karamah?

Karamah adalah kejadian di luar kebiasaan (tabiat manusia) yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang nabi, tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun dzikir khusus, yang terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui terjadinya (karamah tersebut) ataupun tidak, di dalam rangka mengukuhkan hamba tersebut dan agamanya. (Syarhu Ushulil I’tiqad 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al Wasithiyah 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu Utsaimin)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Dan termasuk daripada prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah menyakini wujudnya Karamah para wali dan apa-apa yang Allah perbuat dari keluarbiasaan melalui tangan-tangan mereka baik yang berkaitan dengan ilmu, mukasyafat (mengetahui hal-hal yang tersembunyi), bermacam-macam keluarbiasaan (kemampuan) atau pengaruh-pengaruh.” (Syarah Aqidah Al Wasithiyah hal.207).

Karamah ini tetap ada sehingga akhir zaman dan terjadi pada umat ini lebih banyak daripada umat-umat sebelumnya, yang demikian itu menunjukan keredhaan Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya dan sebagai pertolongan baginya di dalam urusan dunianya atau agamanya. Namun, ia bukan bererti Allah Ta’ala benci terhadap orang-orang yang tidak kelihatan karomah padanya.

Perkara “Karamah” ini telah tsabit (tetap) secara nash baik dalam Al Qur’an maupun Sunnah bahkan juga secara kenyataan.

Kepada siapakah Karamah ini diberikan?

Karamah ini Allah Ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang disebut dengan wali Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman ketika menyebutkan tentang sifat-sifat wali-wali-Nya :

أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, iaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa”. (QS. Yunus: 62-63).

Di dalam ayat ini Allah Ta’ala mengkhabarkan tentang keadaan wali-wali-Nya dan sifat-sifat mereka, iaitu: “Orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik mahupun yang buruk.”

Kemudian mereka merealisasikan keimanan mereka dengan melakukan ketakwaan dengan cara melakukan segala perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. (Taisir Karimir Rahman karya As Sa’di hal, 368)

Apakah wali Allah itu memiliki sifat-sifat tertentu?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahawa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang membezakan mereka dengan manusia lainnya daripada perkara-perkara zahir yang hukumnya mubah seperti pakaian, potongan rambut atau kuku. Dan merekapun kadang-kala dijumpai sebagai ahli Al Qur’an, ilmu agama, jihad, pedagang,dan lain-lain. (Majmu’ Fatawa 11/194)

Apakah wali Allah itu harus memiliki karamah? Lebih utama manakah antara wali yang memilikinya dengan yang tidak?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahawa tidak setiap wali itu harus memiliki karamah. Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karamah boleh jadi lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh kerana itu, karamah yang terjadi di kalangan para Tabi’in itu lebih banyak daripada di kalangan para Sahabat, padahal para Sahabat lebih tinggi darjatnya daripada para Tabi’in. (Majmu’ Fatawa 11/283)

Apakah setiap yang di luar kebiasaan dinamakan dengan ‘Karamah’?

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar Rasyid rahimahullah memberi kesimpulan bahawa sesuatu yang di luar kebiasaan itu ada tiga jenis:

1.Mu’jizat yang terjadi pada para Rasul dan Nabi

2.Karamah yang terjadi pada para wali Allah

3.Tipu-daya syaitan yang terjadi pada wali-wali syaitan (At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karamah atau tipu daya syaitan tentu saja dengan kita mengenali sejauh mana keimanan dan ketakwaan orang-orang yang mendapatkannya (wali) tersebut. Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sehingga kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193)

Beberapa contoh Karamah

1. Allah Ta’ala berfirman (ertinya):

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَامَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Maka ia (Maryam Yang dinazarkan oleh ibunya) diterima oleh Tuhannya Dengan penerimaan Yang baik, dan dibesarkannya Dengan didikan Yang baik, serta diserahkannya untuk dipelihara oleh Nabi Zakaria. tiap-tiap kali Nabi Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati rezeki (buah-buahanan Yang luar biasa) di sisinya. Nabi Zakaria bertanya:" Wahai Maryam dari mana Engkau dapati (buah-buahan) ini?" Maryam menjawab; "Ialah dari Allah, Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada sesiapa Yang dikehendakiNya Dengan tidak dikira". (al-Imran:37)

Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata:

وفي هذه الآية دليل على إثبات كرامات الأولياء الخارقة للعادة كما قد تواترت الأخبار بذلك، خلافا لمن نفى ذلك

“Ayat ini merupakan dalil akan pentapan Karamah para wali yang keluar daripada kebiasaan manusia, sebagaimana yang telah mutawatir daripada hadits-hadits tentang permasalahan ini. Berbeza dengan orang-orang yang tidak meyakini tentang adanya Karamah ini.” (Taisir Karimur Rahman)

2. Apa yang terjadi kepada “Ashhabul Kahfi” (penghuni gua). Suatu kisah agung yang terdapat di dalam surat Al Kahfi. Allah berfirman :

إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan pada mereka petunjuk.” (Al Kahfi: 13).

Mereka ini (Ashabul Kahfi) sebelumnya hidup di tengah-tengah masyarakat yang kafir (dengan pemerintahan yang kafir) lalu mereka lari dari masyarakat itu. Di dalam rangka menyelamatkan agama mereka, kemudian Allah melindungi mereka di dalam Al Kahfi (gua yang luas yang berada di gunung).

Tatkala Allah Ta’ala telah selamatkan mereka di dalam gua tersebut, lalu Allah tidurkan mereka dalam waktu yang sangat panjang, disebutkan dalam ayat (ertinya):

“Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al Kahfi:25).

3. Di antara Karamah para wali yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qarnain yaitu seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan (ertinya): “Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi dan kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu”. (Al Kahfi :84)

4. Di antara Karamah para wali juga apa yang terjadi kepada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh nabi Khidhir yang ketika itu nabi Musa AS mengatakan: ”Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia tidak membunuh orang lain?“, yang kemudian Khidhir menjawabnya: “Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan kami khuatir bahawa dia akan menariknya kepada kesesatan dan kekafiran.” (Al Kahfi:74)

5. Apa yang telah diriwayatkan secara mutawatir tentang berita Salafus Shalih daripada para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, Tabi’in, Tabiut Tabi’in dan generasi setelah mereka tentang perkara Karamah yang terjadi pada diri mereka.

Perbezaan Antara Karomah Dan Perbuatan Syaitan

Ada sesuatu yang bukan mu’jizat dan juga bukan Karomah, ia adalah “Al Ahwal As Syaithoniyyah” (perbuatan syaitan). Inilah yang banyak menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahawa ia adalah Karamah, padahal ia tidak ada kaitan dengan Karamah, kerana:

Karomah datangnya dari Allah Ta’ala sedangkan ia jelas datangnya daripada syaitan. Sebagaimana yang terjadi kepada Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Ansyi (Dua orang pendusta di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang mengaku menjadi nabi) dan menyampaikan perkara-perkara yang ghaib, ini jelas merupakan perbuatan syaitan.

Demikian pula Karamah para wali disebabkan kerana kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah Ta’ala. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala maka ia pun menjadi wali Allah Ta’ala”. Sedangkan perbuatan syaitan ini adalah kerana kufurnya mereka kepada Allah Ta’ala dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan.

Karamah merupakan suatu pemberian dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang shalih dengan tanpa susah payah darinya, berbeza dengan perbuatan syaitan, maka ini terjadi dengan susah payah setelah sebelumnya dia berbuat syirik kepada Allah Ta’ala.

Karamah para wali tidak boleh disanggah atau dibatalkan dengan sesuatupun. Berbeza dengan perbuatan syaitan yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah Ta’ala atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan bahawa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh dan mati.

Karamah itu tidaklah menjadikan seseorang sombong dan merasa bangga diri, justeru dengan adanya Karamah ini menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin mensyukuri nikmat Allah Ta’ala. Adapun perbuatan syaitan boleh menjadikan seseorang bangga diri atau sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah Ta’ala, sehingga jelaslah bagi kita akan hakikat Karomah dan perbuatan syaitan.

Syubhat dan Bantahannya

Ada beberapa kelompok yang mengingkari adanya Karomah. Mereka berdalilkan dengan syubhat-syubhat yang dilandasi dengan akal mereka yang rendah. Mereka mengatakan: ”Bahawa terjadinya Karamah itu hanya merupakan perkara yang akan menjadikan kesamaran antara nabi dengan para wali dan antara wali dengan Dajjal.”

Bantahan syubhat ini (secara ringkas) adalah:

Pertama: kita yakin dengan keyakinan yang penuh bahawa Karamah itu benar-benar ada berdasarkan dalil baik dari Al Qur’an mahupun As Sunnah dan kenyataan yang ada.

Kedua: ucapan mereka bahawa Karamah dapat menjadikan kesamaran antara wali dengan seorang Nabi, justeru tidaklah demikian kerana wali sama sekali tidak berkaitan dengan kenabian, dan apa yang terjadi dari Karomah itu kerana kuatnya keimanan dan ketakwaan dia kepada Allah Ta’ala dan disebabkan wara’nya.

Sedangkan kesamaan antara wali dengan Dajjal, maka sungguh dapat dilihat daripada kehidupan seseorang yang terjadi padanya keluarbiasaan itu. Kemudian dilihat daripada keadaan orang ini apakah dia seorang yang shalih atau seorang yang fasiq. Demikianlah timbangan yang benar didalam menghukumi seseorang yang terjadi padanya perkara-perkara yang di luar kebiasaan manusia.

Kelompok-kelompok Manusia di Dalam Menilai Masalah Karamah

Pertama: Orang-orang yang mengingkari adanya Karamah iaitu daripada kelompok ahli bid’ah seperti Mu’tazilah, Jahmiyyah, dan sebahagian daripada Asy’ariyah. Dengan alasan yang telah disebutkan diatas.

Kedua: Orang-orang yang bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam menetapkan Karamah iaitu daripada kalangan orang-orang “Sufi” dan para “Penyembah kubur”, yang menganggap segala keluarbiasaan itu sebagai Karamah, tanpa memperhatikan keadaan pelakunya atau pemiliknya.

Ketiga: Orang-orang yang mengimani serta membenarkan adanya Karamah dan mereka tetapkan Karamah tersebut sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah. Mereka itu adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. (Lihat syarah Al Aqidah Al Wasithiyah oleh As Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hal: 207-208) Wallahu A’lam bis Shawab.